BETULKAH MERINTIS BISNIS PROPERTI SEBAGAI PENGEMBANG BENAR-BENAR GAMPANG??? Silahkan simak jawabannya disini : http://bukupengembangproperti.blogspot.com/2012/03/merintis-bisnis-properti-sebagai.html

Cari Artikel Menarik Disini

Rabu, 14 Desember 2011

TUKANG PIJAT ATAU TUKANG TAHU?



TUKANG PIJAT ATAU TUKANG TAHU?
 
ARIWIBOWOJINPROPERTI.BLOGSPOT.COM - Di tepi jalan yang biasa saya lewati saat pulang ke rumah, saya selalu melihat ada papan nama kecil berbunyi; Pijat Capek Panggilan, Pak Marmo 0812-xxxxxxx. Kurang asem, itu namanya persis banget dengan nama pak Walikota, tapi yang ini kok jadi nama tukang pijat. Saya sudah mencatat no HP nya, siapa tahu suatu saat diperlukan.

Suatu hari saat badan pegel linu setelah paginya habis main badminton, siangnya saya call Pak Marmo untuk datang ke rumah. Eh, dia jawab hari itu berhalangan karena sedang bantu istrinya memproduksi tahu di rumahnya.

Minggu depannya sekitar jam 9 malam saya call pak Marmo untuk datang memijat saya yang capek berat karena seharian habis survei lahan ke Jepara. Eh, dia jawab tak bisa datang karena lagi-lagi sedang membantu istrinya memproduksi tahu. Benar-benar saya jengkel. Ini orang niat jadi tukang pijat atau tukang tahu. Serba tak jelas. Ngaku tukang pijat panggilan dapat order kok selalu tak bisa.

Keesokan harinya saya sengaja ngetest pak Marmo itu dalam keseriusannya menjalankan profesi sebagai tukang pijat panggilan. Sore hari pulang dari kantor saya sengaja tidak mandi dan memanggil pak Marmo untuk datang ke rumah saya. Jawabannya benar-benar membikin saya uring-uringan. Dia menolak karena mau nonton siaran langsung sepakbola di TV yang menayangkan klub jagoannya Persib Bandung. Kalau mau dia siap datang diatas jam 21 usai siaran langsung.

Langsung no contact pak Marmo saya delete dari HP saya. Sialan nih tukang pijat, dipanggil tak pernah bisa datang. Sudah itu mendukungnya Persib Bandung. Namanya Marmo dan tinggal di Semarang kok mendukung Persib Bandung. Mestinya dukung PSIS dong, yang sama-sama berkostum biru.

* * *

Sobat properti, dalam memasarkan produk perumahan atau bangunan komersil di proyek yang sedang kita kembangkan, hindari kejadian 'Over Promise Under Delivery'. Pastikan apa yang kita tawarkan ke konsumen adalah apa yang memang mampu kita berikan. Jangan seperti kisah tukang pijat yang saya ceritakan diatas.

Pernah saya menjumpai klien yang sedang memasarkan kavling-kavling berukuran besar (minimal 180 m2) di lokasi yang strategis, dan dia menawarkan produk perumahan yang customize. Artinya bukan produk type tertentu yang sudah ditetapkan desainnya (denah dan tampak) oleh pengembang. Desainnya akan dibuat sesuai permintaan dan kebutuhan konsumen.

Dia menjual lahannya seharga Rp 1,8jt/m2 dan bangunan Rp 2jt/m2. Bonusnya adalah free design maksimal 3x asistensi. Dimana pengembang menyediakan 1 orang tenaga Arsitek yang akan melayani request order konsumen.

Yang mengganjal buat saya adalah karena tenaga Arsitek yang disediakan untuk service free design itu adalah Arsitek fresh graduate yang minim pengalaman. Saya bayangkan dia bakal tergagap-gagap melayani order konsumen yang pastinya kelas midle-up dan meminta desain rumah yang bagus secara lay-out ruangan dan juga bagus secara estetika tampak bangunan.

Benar dugaan saya. Arsitek muda itu tak mampu memenuhi permintaan desain dari para konsumen. Tercatat dalam 2 bulan terakhir terjual 4 unit dan 5 unit (total 9 unit), tak ada satupun desain yang sudah diaproval oleh konsumen, meski Arsitek muda itu konon sudah lembur siang malam. Konsumen merasa tak puas dan komplain. Sepertinya kualitas desain yang muncul dibawah ekspektasi mereka.

Demi memuaskan pelanggan, akhirnya klien saya terpaksa menyewa jasa konsultan perencana beneran yang tarifnya Rp 75.000/m2 x luas bangunan, dengan produk perencanaan sampai gambar kerja (detail engineering). Bisa dibayangkan berapa besar biaya tak terduga yang harus dialokasikan.

Klien saya akhirnya kapok dengan gimmick berupa bonus free design. Dan kemudian saya sarankan untuk menyiapkan 2 - 3 opsi desain dengan luasan tertentu yang bisa dipilih oleh konsumen. Jadi bukan desain bebas sesuai request konsumen, tapi hanya opsi memilih varian desain yang sudah disediakan. Kalaupun mau berubah hanya dilakukan sedikit modifikasi saja, bukan mengubah secara ekstrem. Dengan cara ini, setidaknya mencegah terjadinya Over Promise Under Delivery. (25DCAE68)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis