LOMBA VOKAL GROUP DI PEMAKAMAN
Memperluas Target MarketAriWibowoJinProperti.blogspot.com - Tergelitik hati saya lihat sebuah iklan display 1/4 halaman di sebuah surat kabar yang kontennya menawarkan lahan makam Memorial Park.
Bunyi iklannya begini;
TRADE IN
Pindahkan makam lama ke
MEMORIAL PARK
Makam Lama ;
Kotor, kumuh, tidak terawat
Makam Baru ;
Aman, nyaman, tertata rapi, terawat
Gratis ; biaya relokasi
(pemindahan makam)
Open House ; 7 April 2012
Dimeriahkan dengan acara;
Atraksi barongsai, lomba vokal group, makan siang gratis.
Dapatkan doorprize menarik;
Kulkas, televisi, dispenser
Hotline ; xxxxxxx (24 jam)
Sobat properti, iklan lahan makam tersebut saya anggap sangat kreatif. Secara marketing ada beberapa hal yang bisa kita pelajari, yaitu;
MEMPERLUAS TARGET MARKET
Jika sekedar mengharapkan transaksi pembelian lahan makam dari pihak yang anggota keluarganya ada yang meninggal saat ini atau akan meninggal di masa mendatang, berarti potensi marketnya hanya sebegitu saja. Tapi pengembang lahan makam tersebut memperluas target market dengan menyasar makam-makam lama yang ditawari program relokasi ke lokasi baru yang diberikan tagline; aman, nyaman, tertata rapi dan terawat.
Secara teori Segmen - Target ini sangat komplit, karena target marketnya menyasar;
a. PAST MARKET
Orang yang meninggal di masa lalu juga menjadi target market, dengan paket relokasi. Berharap anggota keluarganya mau membeli lahan makam di memorial park, dan memindahkan jasad anggota keluarganya dari makam lama ke makam baru.
b. PRESENT MARKET
Orang yang meninggal saat ini, dan anggota keluarganya mencarikan lokasi untuk memakamkan jasadnya.
c. FUTURE MARKET
Orang yang belum meninggal saat ini, tapi sadar bahwa suatu saat dirinya atau anggota keluarganya akan meninggal sehingga menyiapkan lahan makam untuk dipakai suatu saat nanti.
Pengembang makam tadi mengeksplorasi target marketnya lebih luas lagi, sehingga mereka memiliki; past market, present market, dan future market. Semakin luas target market yang disasar, semakin tebal potensinya, karena target yang disasar makin banyak.
Cara mereka berpromosi juga kreatif sekali. Bayangkan! Di lahan makam ada lomba vokal group, dan menawarkan hadiah langsung berupa kulkas dll. Bahkan hotlinenya standby 24 jam. Mantap sekali.
Sobat properti, kita juga mesti kreatif dalam membuka atau memperluas target market yang kita sasar. Seperti contoh kasus dibawah ini;
Saya baru saja ikut rapat di tempat klien saya yang akan mengembangkan proyek KOSTEL (5 Lantai) di kota Semarang. Lokasinya dekat area kampus swasta yang terkenal di kota semarang. Saya hadir sebagai konsultan pemasaran, hadir juga konsultan perencanaan, dan tentu saja beberapa owner proyek tersebut.
Kami membahas pemakaian nama KOSTEL, yang dipilih karena memang menyasar target mahasiswa yang ketimbang kost disodori pilihan agar orang tuanya membelikan kamar kost strata title, sekaligus sebagai investasi. Makanya semua unitnya dibuat typikal 1 kamar dengan luasan kisaran 15,5 m2 per unit kost.
Tapi ada pemikiran agar kami tak hanya menyasar target market mahasiswa saja (sekalipun lokasinya dekat kampus besar), melainkan juga menyasar konsumen umum yang diperkirakan juga cukup potensial di kota Semarang. Jadi jangan pakai istilah KOSTEL, melainkan disebut saja sebagai APARTEMEN. Sebutan apartemen membawa implikasi bahwa type unit yang dipasarkan bukan lagi 1 kamar saja seperti kost, tapi juga ada unit yang memiliki 2 kamar untuk hunian sebuah keluarga. Implikasi lain adalah bahwa sebutan apartemen mengharuskan pengembang menyediakan fasilitas pendukung seperti; area komersil (minimarket, cafe, resto dll), kolam renang dll.
Hasil rapat tersebut menyepakati penggantian nama KOSTEL menjadi APARTEMEN dengan segala implikasinya. Dan bagian terpenting dari situ adalah bahwa dengan sadar kami melakukan banyak hal untuk memperluas TARGET MARKET yang disasar.
Apakah memperluas target market selalu memberikan efek positif kepada output pemasaran kita? Seharusnya YA jika market perluasan yang kita sasar memang tepat dan potensial. Bukan sekedar memperluas target market.
Ini contoh kasus tindakan memperluas target market, tetapi tidak tepat;
Seorang teman di Kabupaten Bogor punya proyek real estate 1,5 ha, dan menawarkan rumah di kisaran harga 250 - 350 juta per unit. Dalam marketing plan dia tahu target marketnya adalah keluarga dengan besar penghasilan diatas Rp 7,5 jt/bulan.
Nah, suatu saat dia mendapat network tokoh teras PGRI (persatuan guru republik Indonesia) yang mau membantu dia promosi ke guru-guru se kabupaten Bogor. Setiap ada perkumpulan guru, dia akan diberi kesempatan selama 15 menit melakukan presentasi. Semuanya free (gratis).
Teman saya berpikir apa salahnya menyasar target market ke guru-guru di kabupaten Bogor. Secara geografis sesuai dengan target market yang dia buat di marketing plan. Apalagi untuk aktivitas tersebut dia tidak keluar biaya apapun. Dia lupa 1 hal, bahwa secara Demografi (sub item Mata Pencaharian dan Tingkat Penghasilan), guru bukan menjadi target marketnya, karena diasumsikan gaji guru rata-rata dibawah 4 jt/bln sementara plafond kredit KPR yang akan diajukan kisaran Rp 200 - 280 juta. Jelas-jelas secara penghasilan tak akan dianggap layak oleh bank.
Saat presentasi ke PGRI baru dilakukan 1x, teman saya cerita sambil tersenyum kecut. Katanya saat team dia sedang presentasi, guru-guru itu malah berisik dan ngomong sendiri sama temannya. Tak ada yang merespon presentasi mereka, apalagi yang berminat membeli produk mereka. Hahahaha ..., dimarahin dong. Kalau murid berisik saja gurunya marah kok. Lha ini kok malah gurunya yang berisik dan tidak mendengarkan yang lagi bicara.
Intinya, kasus yang dialami teman saya di PGRI menunjukkan bahwa memperluas target market yang disasar belum tentu efektif, jika yang disasar tidak tepat. Lha maksud hati mencari market di komunitas guru, yang diperoleh cuma sekumpulan guru yang pada ngobrol sendiri dengan rekannya. Saya sih tidak menyalahkan para guru. Lha wong penghasilan pas-pasan kok ditawari rumah harga Rp. 250 jutaan, ya jelas tidak menarik perhatian mereka sama sekali.