PENGIN NGELAYAP LAGI
Sudah 2
bulan terakhir ini saya tak pernah ngelayap keluar negri ala backpacker.
Padahal sejak Oktober tahun lalu, saya sangat rajin menggeluti hobby baru
tersebut, yaitu jalan-jalan keluar negeri ala gelandangan. Nenteng ransel,
nginap di hotel kelas melati, tanpa ikut biro tour manapun. Lebih murah
jatuhnya. Apalagi jika beli tiket pesawat promo 4-5 bulan sebelumnya. Bisa
hemat sekali. Pergi ke Korea yang ditawarkan biro tour 12-13 juta, jika pergi
ala backpacker cuma 7-8 jutaan saja. Ke Thailand cukup 3-4 juta saja.
Saya sungkan disindir oleh investor proyek saya. Katanya gimana proyek bisa laku jika bosnya sibuk ngelayap. Hmm, susah mau menjawab. Ngomelnya belum selesai. Kali ini tentang komunikasi yang kurang nyambung karena katanya anggota tim saya suka bungkam jika ditanya info update.
Padahal sebenarnya kami aktif report mengirimkan foto-foto progres bangunan. Saat ngecor, saat pasang gypsum, pasang sanitair, semua dikirimkan fotonya dan penjelasannya. Dijawab begini; "Saya tak butuh info progres bangunan, tapi butuhnya progres penjualan." Mampuuuuss ...
Kami kirimkan foto pameran, foto saat konsumen kunjungan lokasi. Dijawab ; "Kunjungan teruus. Kapan closingnya?" Mampus lagi deh ...
Beberapa kali kena skak membuat saya dan team bingung mau report seperti apa. Karena mitra pemodal kita tahunya adalah HASIL, bukan PROSES. Kita laporkan progres fisik tidak digubris, karena yang ditunggu adalah report bertambahnya angka penjualan. Akhirnya kami memilih diam.
Eh diam dan bungkam juga salah. Katanya kurang transparan dan tidak informatif.
Saya dan team memilih bekerja keras membenahi strategi pemasaran. Baik tentang produk, harga, skim bayar, promosi, gimmick dll. Semua kami evaluasi dan dibenahi. Puji Tuhan penjualan membaik dan banyak closing. Kami rajin report ke investor, dan tentu saja mereka senang lihat omset membumbung tinggi dan banyak cash in.
Suasana sudah cair. Banyak haha hihi. Tidak mati gaya lagi. Komunikasi normal lagi. Tidak takut salah. Laporan progres fisik pun sekarang direspo dengan baik, bukan dijawab tidak butuh.
"Pak Ari, libur lebaran ini mau jalan-jalan kemana?"
Ceileehh, dulu menyindir saya suka ngelayap dan jadi alasan penjualan seret. Sekarang dengan enteng malah nanya kemana saya mau pergi, hehe ..
Sobat properti, pengalaman saya diatas jangan dipahami secara sempit ya. Itu bukan masalah, itu bukan tekanan. Itu justru tantangan. Sudah sewajarnya seorang investor menuntut kinerja yang baik atas proyek kita. Karena mereka sudah menanamkan investasinya, dan pantas kuatir jika sampai proyek tidak sukses. Mereka rewel artinya care (peduli).
Tanpa tekanan dari investor, jika penjualan sedang jeblok, kita sendiri juga merasa under pressure koq. Seorang pengusaha bakal gelagapan mengelola cashflow jika penjualannya jeblok.
Saya sudah bermitra dengan banyak pemodal. Dan bisa menyikapi secara bijak kondisi ini. Saya justru lebih senang diukur berdasar BASIS KINERJA seperti ini, bukan BASIS JAM KERJA. Karena parameter bernama BASIS KINERJA membuat saya tidak merasa dibatasi oleh apapun. Justru kita sendiri yang bisa menakar punya kapabilitas sebesar apa.
Misal saya punya 10 proyek dengan 10 investor dan semuanya berjalan lancar, artinya saya masih bisa menambah proyek lagi tanpa kuatir investor lama merasa terabaikan. Artinya saya bisa sebulan backpacking 2x tanpa sungkan disindir bosnya suka ngelayap. Semua pakai tolok ikut KINERJA. Asal semua lancar, oke-oke saja.
Sebaliknya jika saya hanya punya 1-2 proyek dan tiap hari Senin s/d Jumat rajin ngantor, tapi penjualan jeblok dan proyek tidak sehat, itu sebuah isyarat bahwa kapabilitas saya cuma segitu dan tak boleh merangkap-rangkap banyak proyek.
Tetap semangat !!!!
Cari tiket ah ....
Pengin ngelayap lagi.