TAK PERLU SESAJI
UNTUK MENJEMPUT OPPORTUNITY
Tak perlu kemenyan, kembang setaman, telur ayam, atau sesaji apapun untuk menjemput opportunity anda di bisnis properti. Hanya butuh skill negosiasi yang bisa dipelajari, dan langkah konkrit untuk beraksi. Maka sebuah opportunity bisa anda dapati.
Vega adalah seorang anak muda di kota Semarang yang punya passion dan mimpi terjun di bisnis properti, dan dia bukan sekedar bermimpi, tetapi menyelaraskan perilakunya menuju kesana. Dia berani ambil inisiatif menemui saya di bisnis angkringan milik saya guna mengutarakan keinginannya untuk berguru dan belajar ilmu bisnis properti dengan modal recehan.
Saya katakan bukan saya pelit atau jual mahal, tapi memang tak mungkin saya mentransfer ilmu yang biasanya saya ajarkan selama 2 hari, ini dipaksa meringkasnya dalam sebuah obrolan di angkringan. Ikut saja workshop di Jakarta awal April, begitu saran saya. Disana belajar ilmu properti di Perguruan Kungfu Properti sekaligus memasuki komunitas properti yang dihuni ratusan bahkan ribuan orang dengan passion yang sama.
Dia alasan gak punya cukup uang dan menunggu ada kelas di Semarang. Saya jawab bahwa ilmu harus dijemput, dan jer basuki mawa bea. Mau sukses mesti berani bayar harga alias keluar biaya. Akhirnya diapun ikut kelas Jakarta meski minta harga khusus karena saat itu sudah kena harga Rp 4,5 jt.
Sebulan berlalu, Vega yang asal kota Semarang mulai aktif konsultasi untuk beberapa lahan yang sedang ditaksirnya. Tentu saja dia memakai jurus jurus dan format format yang diajarkan di PKP. Surat penawaran lahan adalah senjata andalannya, dikombinasikan dengan jurus jurus terapan lainnya.
Dan akhirnya salah satu lahan yang diburunya berhasil deal hari ini Jumat 13 Mei 2016 dengan kategori HOTDEAL. Luasnya 1100 m2, harga Rp 2 jt/m2, lokasi di jln Cempedak Raya no 1, Lamper Lor, Semarang Selatan. Lokasi sangat bagus, di pusat kota, akses 200 m dari jalan Majapahit. Pokoknya ini lokasi strategis, dekat dengan berbagai fasilitas umum.
Deal nya seperti ini ;
1. Uang tanda jadi kecil, cuma Rp 1 juta saja. Ini namanya jurus mengikat gajah dengan tali rafia. Lahan senilai Rp 2,2 milyar bisa diikat dengan tanda jadi Tp 1 juta.
2. Jeda antara tanda jadi dan kewajiban membayar UM 1 adalah 45 hari. Artinya tersedia cukup waktu guna melaksanakan aktivitas perencanaan, pra perijinan, sosialisasi warga, membuat action plan, business plan dll dalam rangka menggandeng investor. Itu sudah sesuai pelajaran di PKP yang meminta waktu jeda minimal 30 hari.
3. Uang muka total adalah Rp 200 juta dikurangi tanda jadi. Ini sesuai dengan pakem PKP yang mengajarkan total UM maksimal 15% dari harga transaksi atau maksimal Rp 500 juta.
4. Ada grace period untuk pengurusan ijin s/d IMB atas seluruh bidang kavling terbit, dimana hitungan waktu pelunasan selama maksimal 24 bulan dimulai sejak IMB terbit.
5. Pembayaran selanjutnya dilakukan jika setiap unit terjual, artinya tak ada kewajiban jatuh tempo jika tidak ada penjualan.
6. Jika dalam waktu 24 bulan belum terjual habis, maka harga tanah naik 10% dan diperpanjang 12 bulan lagi.
Skim deal seperti diatas kami sebut dengan HOTDEAL. Terkadang harus berburu lahan sampai 50x untuk sekedar mendapatkan 1 transaksi hotdeal. Dan sepertinya Vega mendapatkan keberuntungan karena tak sampai 10x berburu lahan, dia sudah mendapatkannya.
Sobat properti, itu adalah bukti bahwa jurus jurus yang diajarkan di PKP sangat aplikatif dan bukan sekedar teori diatas kertas. Seorang anak muda yang baru sebulan ikut workshop, nyatanya bisa mendapatkan hotdeal.
Apa langkah selanjutnya yang akan dilakukan Vega? Dia akan melakukan pengukuran, desain perencanaan, membuat Action Plan, Menghitung Kebutuhan Modal Kerja, dan Business Plan. Itu semua akan jadi bekal untuk menggandeng pemodal.
Hanya saja karena jaringan Vega belum luas, dia belum percaya diri untuk mencari pemodal, sehingga dia menggandeng saya sebagai mentornya dan ingin memanfaatkan jaringan pemodal yang saya miliki. Vega ingin mencetak "first success story" dan syaratnya dia harus rela berbagi. Meski dia yang menemukan opportunity, meski dia yang akan bekerja setengah mati, tapi dalam hal pembagian laba nanti, porsi dia tetap lebih kecil dibanding porsi saya selaku mentor.
Misal ; MPM (mitra pemilik modal) diberi profit 60%, MPT (mitra pemilik tanah) tanpa laba alias 0%, sisa 40% menjadi bagian MPK (mitra pemilik keahlian).
Nah, saya sebagai mentor alias MPK 1 mendapat 22,5% dan Vega sebagai MPK 2 mendapat 17,5%.
Sobat properti, lanjutan kisah si Vega ini masih panjang, karena disini belum disebutkan berapa kebutuhan modalnya, berapa potensi labanya dll. Itu semua akan saya kerjakan berdua dengan Vega, memakai jurus jurus andalan perguruan kami.
Anda tertarik mengikuti jejak Vega? Ikuti saja workshop Cara Gampang Jadi Pengembang Dengan Modal Recehan tanggal 6-7 Agustus 2016 di Yogyakarta. Minat? Hub sdr Restu di HP / WA
+62 878 39810855