BELAJAR DARI FAKTA BRUTAL
Saya adalah seorang risk taker sejati. Orang yang keberaniannya mengambil resiko diatas rata rata. Type seperti saya ini kalau bisa melejit ya pasti tinggi sekali. Tapi jika salah kalkulasi, terjerembabnya ya pasti dalam sekali.
Ibaratnya kepala saya ini sudah benjut benjut karena sering terantuk batu. Setiap luka benjut berisi catatan dan pelajaran tersendiri. Belajarlah dari kisah sukses orang lain untuk menjadi dongkrak (leverage) bagi kesuksesanmu kedepan nanti. Belajarlah dari fakta brutal yang pernah dihadapi orang lain, guna mencegah kejadian itu tak menimpamu.
Ibarat cuaca, saya ini pengusaha properti yang pernah mengalami cuaca cerah, cuaca mendung, hujan, bahkan juga badai. Segala cuaca sudah saya hadapi. Jika orang lain baru bisa bercerita tentang panas teriknya matahari atau dinginnya air hujan, saya mungkin bisa bercerita bagaimana rasanya telinga menjadi pekak dan jantung berdetak begitu keras saat petir hampir menyambar mati.
Pebisnis properti yang baru mencetak success story di 1-2 proyek awalnya, biasanya sangat bergairah menceritakan bagaimana dagangannya bisa sold out, bagaimana gurihnya menerima deviden sehingga saldo tabungannya berisi 10 digit. Bagaimana proses konversi berpindah kuadran dari "pekerja" menjadi "pengusaha". Mereka adalah motivator yang baik bagi mental entrepreneurship yang sedang anda bangun.
Bisnis adalah seni mengelola resiko menjadi keuntungan. Bisnis selalu tak pasti, itulah sebabnya disebut proyeksi dan estimasi. Terkadang justru terjadi sesuatu yang tak bisa diprediksi sebelumnya. Sehebat hebatnya seorang pebisnis properti, bisa saja 1 diantara 10 proyeknya bermasalah. Karena ini bisnis yang sangat complicated.
Anda harus memahami urusan legalitas saat eksekusi lahan, paham desain dan perencanaan, paham cara mengurus perijinan, paham cara memasarkan, paham cara membangun, cara mengelola hutang piutang dan pajak, dan lain lain. Termasuk manajemen interaksi dengan pemodal, pemilik tanah, konsumen, suplier, kontraktor, notaris, perbankan, BPN, birokrasi Pemda dll.
Karakter saya yang risk taker banyak menimbulkan masalah, terkadang harus menghadapi fakta brutal yang jika meleset sedikit saja antisipasinya, bisa bikin klenger dan kena amputasi.
Saya pernah didenda konsumen ratusan juta karena telat serah terima bangunan. Pernah ada kontraktor bawa tikar dan bantal mau tidur didepan rumah dan tak akan pulang sebelum dibayar terminnya. Pernah ditolak warga dan proyeknya tak bisa dilanjutkan. Pernah mengurus pengeringan sampai 14 bln. Pernah punya proyek mangkrak karena duitnya ditarik balik investor. Pernah proyek selesai justru minus karena semua biaya tak terduga harus jadi beban pribadi.
Pernah dilaporkan ke Polda karena urusan pajak. Pernah kantor saya digembok anak pemilik tanah. Pernah proyeknya digrebeg satpol PP karena berani membangun sebelum ijin terbit. Pernah akses jalan masuk dipasangi pagar oleh orang lain. Pernah muntah darah karena bayar bunga ratusan juta perbulan ke BPR. Pernah agunannya hampir disita bank. Pernah dipaksa tetap bayar laba oleh pemodal padahal proyeknya tak bisa dilaksanakan. Pernah diteror pemilik tanah yang minta kasbon tiap minggu. Pernah mengalami duit konsumen dibawa investor. Pernah memakai duit konsumen untuk menalangi klub sepakbola dan ternyata tak bisa balik duitnya.
Pokoknya saya banyak benjut benjut akibat berbagai kesalahan, kecerobohan, dan ketidak hati hatian.Semua menjadi pelajaran yang sangat mahal. Setelah terjadi, baru menyesal belakangan. Harusnya dulu begini, harusnya dulu begitu. Pahit dijalani, kapok tak ingin terulang kembali.
Orang bijak selalu belajar dari kesalahan. Orang cerdik belajar dari kesalahan orang lain, tanpa harus mengalaminya sendiri. Suatu saat saya akan merangkum semua kisah sedih dan konyol yang pernah saya alami, untuk dibuatkan sebuah buku khusus atau modul tersendiri mengenai MANAJEMEN RESIKO DI BISNIS PROPERTI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.