MEMBALIKKAN KEADAAN
DAN MEMENANGKAN PERTANDINGAN
Kalau bicara tentang bisnis properti, saya sudah jadi praktisi sejak 1994. Meski statusnya antara 1994 s/d 2000 hanya sebagai karyawan (marketing manager). Baru sejak tahun 2001 saya jalani bisnis properti sebagai pengusaha dengan jabatan sebagai direksi.
Proyek yang saya kerjakan tersebar di beberapa kota. Khusus di kota Semarang ada 3 lokasi yang pernah saya kembangkan, yaitu Kampoeng Semawis di Kedungmundu, Kampoeng Hollywood di Manyaran, dan Kampoeng Harmoni di Mapagan Ungaran.
Mendengar kiprah saya di bisnis ini, almamater saya (FT Arsitektur UNDIP Semarang) di tahun 2009 mengundang saya untuk membawakan kuliah umum dengan thema properti. Tentu saja saya menerima undangan ini dan antusias menyiapkan materinya.
Saya ingat betul, materi presentasi saya siapkan dengan MS Excell. Lha gimana lagi? Saya baru pertama kali presentasi dengan memakai LCD proyektor. Syukurlah kuliah umum berjalan dengan baik, meski usai acara seorang dosen mengkritik saya sambil tertawa: "Mas AW, kalau presentasinya dilakukan memakai Power Point dengan banyak gambar-gambar, pasti lebih keren deh ..."
Usai kuliah umum di Undip tersebut, dimana saya mengingat respon mahasiswa peserta yang antusias dengan materinya, mendadak saya merasa punya talent terpendam, yaitu mengajar. Meski pakai Excell, tapi saya enjoy dan asyik memberikan materi kuliah. Tidak gugup atau grogi, tapi tetap sistematis dan terstruktur dalam mentransfer modul kuliah. Saya sangat menikmatinya.
Hmm, saya langsung belajar Power Point. Saya membuat modul berjudul 'Cara Gampang Jadi Pengembang Dengan Modal Recehan'. Saat modulnya sudah jadi, saya bingung materi ini mau dipresentasikan ke siapa? Belum tentu pihak fakultas mau undang saya lagi. Padahal saya pengin banget mempresentasikan modul yang sudah saya buat.
Akhirnya saya berinisiatif coba buat acara workshop seperti yang sering diiklankan di koran. Saya buka kelas properti 2 hari yang digelar di Hotel Santika (jln Ahmad Yani Semarang). Meski cuma bayar 1,5 juta tapi pesertanya hanya terkumpul 7 orang saja. Sedikit sekali, dibawah ekspektasi. Saya lemas, merasa tidak percaya diri. Level saya belum sampai kesitu. Tak banyak orang yang mau belajar dari trainer tak jelas dan tanpa reputasi seperti saya. Saya putuskan itu kelas pertama sekaligus terakhir. Modulnya saya delete karena frustasi.
Sekian bulan saya tak ingat lagi tentang workshop properti, sampai saya menonton sebuah film yang terselip quote menarik: "Sekalipun kamu kalah di babak pertama, kamu masih bisa membalikkan keadaan dan menang di akhir pertandingan." Quote itu sangat memotivasi semangat yang terlanjur saya padamkan sendiri akibat hanya mendapat 7 peserta di workshop pertama.
Saya membuat lagi modul presentasi yang sudah saya delete. Iklan di blog dan koran saya optimalkan. Saya tak ingin disebut kalah di babak pertama, sementara menit pertandingan masih panjang dan belum berakhir. Ini bukan lagi urusan untung rugi secara materi. Tapi saya tak mau jadi pecundang yang langsung mengubur impian hanya karena tak sukses di kesempatan pertama.
Syukur alhamdulilah. Event kedua sukses dengan jumlah peserta 29 orang. Pesertanya tak hanya dari Semarang, tapi juga ada yang dari Jakarta, Medan dll. Rupanya blog properti saya memiliki banyak fans dan mereka tertarik untuk berjumpa langsung dengan penulisnya. Saya menyesal kenapa event pertama dulu hanya beriklan di koran dan tidak memanfaatkan laman blog saya. Padahal jelas-jelas pembaca blog properti adalah sekumpulan orang yang punya passion properti, dan itu riil market memasarkan produk berupa workshop properti.
Pelajaran dari artikel ini adalah jangan gampang menyerah dan putus asa. Sesuatu yang kita anggap gagal ternyata jika diulang dengan beberapa perbaikan dan dilakukan dengan penuh keyakinan, bisa memberikan hasil yang berbeda. Saat ini sudah puluhan kali saya gelar workshop properti. Alumni PKP (Perguruan Kungfu Properti) juga sudah ribuan. Dan ini semua tak bakal ada jika dulu saya menyerah di kesempatan pertama.
Pelajaran kedua, eksplorasi bakat terpendam yang ada didalam diri anda. Saya tak pernah sekolah guru, juga tak pernah bermimpi jadi guru. Tapi 1x kesempatan mengajar (meski presentasi pakai MS Excell) telah membuat saya tersadar bahwa ternyata saya punya talenta mengajar. Talenta ini yang membuat saya punya network yang besar dan tersebar dimana-mana. Ikut kelas properti saya sekarang tarifnya juga sudah 3 atau 4 juta dan itu adalah rejeki yang dikaruniakan Tuhan kepada saya berkat talenta mengajar.
Tetap semangat !!!