SELIR RECRUITMENT MANAGEMENT
Alkisah saat itu negeri Cina sedang diperintah oleh Kaisar Yuan, yang memiliki lembaga bernama Selir Recruitment Management (SRM) yang bertugas merekrut wanita-wanita cantik di negeri Cina untuk dijadikan selir Kaisar dan dikumpulkan di tempat khusus bernama Harem Village Centre.
Mengingat waktu itu belum ada teknologi foto, maka SRM menugaskan seorang seniman yang bertugas melukis semua selir-selir yang akan menjadi koleksi Kaisar Yuan, dan lukisan karya seniman itulah yang dipajang di sebuah gallery yang sering ditengok oleh Kaisar Yuan kala sedang mencari teman bercengkerama.
Menurut kabar burung, ada kisaran 1100 selir yang sudah menjadi koleksi Kaisar. Dan 1100 lukisan selir itu terpampang di galery istana. Kebiasaan yang berlaku pada saat prosesi pelukisan, si selir memberikan uang suap kepada pelukis supaya wajahnya dibuat cantik jelita di kanvas lukisan, yang mampu memikat hati Kaisar Yuan dan mendapat giliran bercengkerama.
Ada seorang selir bernama Wang Zhang Jun yang tidak mau menyuap sama sekali sehingga sang pelukis membuat gambar asal-asalan dan wajah Wang Zhang Jun nampak kusam tidak menarik. Saat lukisan wajahnya yang terpajang di gallery dilihat Kaisar Yuan, pastinya tak pernah mampu menarik gairah Kaisar dan selalu dilewati begitu saja.
Sampai suatu ketika negeri Cina punya agenda meningkatkan hubungan persahabatan dengan negeri Mongol yang ditandai dengan program tukar menukar selir. Dan entah kenapa, Kaisar memilih Wang Zhang Jun yang di lukisan selalu nampak kusam sebagai obyek pertukaran selir. Mungkin Kaisar Yuan berpikir ketimbang ada selir tak pernah dapat giliran bercengkerama dengannya mending diberikan pada Raja Mongol saja.
Saat upacara penyerahan sedang dilakukan dan Wang Zhang Jun yang sudah didandani akan dikirimkan ke negeri Mongol, bukan main terkejutnya hati Kaisar saat melihat muka Wang yang cantik jelita dan wajahnya bercahaya bagaikan bidadari. Tubuhnya sintal dan sexy sekali. Beda bumi dan langit dengan wajah kusam yang sering dilihatnya di kanvas lukisan. Kaisar sangat menyesal, tapi nasi sudah menjadi bubur. Wang Zhang Jun tetap direlakan menjadi persembahan bagi Raja Mongol.
Setelah itu murkalah Kaisar kepada seniman yang bertugas melukis wajah selir selirnya. Kenapa Wang Zhang Jun yang cantik jelita malah nampak kusam tak menarik, sementara banyak selir lain yang nampak cerah di lukisan, justru aslinya tak seindah lukisannya. Terbongkarlah kasus suap menyuap yang dilakukan para selir kepada seniman pelukis dan akhirnya Kaisar Yuan menjatuhkan hukuman kepada sang pelukis.
* * *
Sobat properti, mungkin anda merasa malas turun ke lapangan di proyek properti anda karena takut tersengat sinar matahari atau kena debu, apalagi jika skala proyek kita seluas belasan atau puluhan hektar, sehingga terkadang ketika memverifikasi progres fisik lebih senang mengandalkan foto-foto yang dikirimkan oleh anak buah kita ketimbang survei faktual di lapangan. Apalagi kita hidup di jaman serba canggih yang bisa dibantu oleh perangkat teknologi dan gadget.
Padahal tak selamanya laporan itu riil. Terkadang ada aksi tipu-tipu dan rekayasa yang dilakukan staf di lapangan untuk kepentingan tertentu. Umumnya adalah konspirasi dengan kontraktor untuk lakukan mark up progres fisik, supayar bisa klaim tagihan lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan atau menagih lebih besar dari progres yang dikerjakan.
Sebungkus rokok dan teh botol dingin terkadang mampu menggoyahkan iman pengawas lapangan kita untuk merekayasa berita acara pemeriksaan pekerjaan. Nyanyi bareng sambil dipeluk pemandu karaoke selama 2 jam terkadang mampu membuat manager teknik (produksi) bersedia tanda tangan berita acara pemeriksaan pekerjaan yang dibuat pengawas lapangan kita sambil merem.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil? Apakah kita perlu turun ke lapangan memakai sepatu boot dan topi proyek seminggu sekali untuk melakukan survey on the spot? Ah, itu sih lebay. Kita diajarkan untuk berani melakukan delegasi. Tugas untuk itu sudah kita pasrahkan kepada pengawas lapangan. Masih pula diback-up dengan Manager Produksi (Teknik) diatasnya. Tak perlu kita turun langsung mengecek secara detail progres fisik di lapangan.
Yang perlu kita lakukan adalah melakukan survei secara sampling dan pakai asumsi kasar. Dilakukan saat laporan berita acara pemeriksaan pekerjaan kita terima, dan tagihan pembayaran termyn sudah dimasukkan oleh kontraktor. Tak perlu masuk satu demi satu ke rumah yang sedang dibangun, tapi cukup dari dalam mobil dan berhenti sesekali di tiap blok. Progres dari 1 SPK (surat perintah kerja) yang sama biasanya juga rata-rata sama progresnya.
Misalkan kita dapat laporan bahwa progres fisik sudah 25%, setidaknya kita melihat di lapangan pelaksanaan sudah sampai ke tahapan pasangan kusen dan pasangan batu batanya sudah setinggi minimal 2 meter.
Misalkan kita dapat laporan bahwa progres fisik sudah 50%, setidaknya kita melihat bahwa ring balok sudah selesai dan rangka atap sudah mulai dikerjakan.
Misalkan kita dapat laporan bahwa progres fisik sudah 75%, setidaknya kita melihat bahwa penutup atap sudah terpasang, dan semua dinding sudah diplester aci meski masih berwarna hitam gelap karena belum dicat.
Jika kita tahu asumsi kasar progres fisik bangunan, maka kemungkinan besar kejadian mark up progres fisik di lapangan sulit terjadi. Dengan habit kita yang secara periodik tetap melakukan survei sampling sendiri di lapangan, juga mengurangi kemungkinan terjadinya kolusi antara staf kita dengan kontraktor.
Diluar skill diatas, yang lebih penting sebenarnya adalah menanamkan integritas dan kejujuran kepada semua personil di organisasi proyek kita, supaya mereka bekerja secara profesional tanpa ada titipan kepentingan apapun dari pihak luar. Jangan sampai terjadi kasus seperti kisah selir dan seniman pelukis dalam narasi diatas. (25DCAE68)