BETULKAH MERINTIS BISNIS PROPERTI SEBAGAI PENGEMBANG BENAR-BENAR GAMPANG??? Silahkan simak jawabannya disini : http://bukupengembangproperti.blogspot.com/2012/03/merintis-bisnis-properti-sebagai.html

Cari Artikel Menarik Disini

Senin, 14 Agustus 2017

JALANKAN PROYEK BUTUH OVERHEAD COST

MAKIN SULIT TUTUP BUKU

Pak AW, apa resiko anda sebagai MPK jika proyeknya molor alias tidak selesai tepat waktu?
Hmm, apa ya... mau menawarkan dikurangi laba misal 5% jika telat 1 s/d 12 bln koq sayang banget. Potensi laba ada 5M. Dikurangi 5% setara dengan 250 jt. Padahal jika cuma mundur 2 atau 3 bln, asumsi sebulan kena overhead cost 20 s/d 30 jt, total loose cuma 90 jutaan.
Akhirnya dengan gagah saya jawab begini; "Kalau proyek tak bisa selesai tepat waktu 24 bln, overhead cost bln ke 25 sampai tutup buku boleh distop alias tak perlu keluar biaya lagi. Semua biar saya biayai pribadi sampai proyek selesai."
Salaman.
(waktu berjalan 24 bln, proyek belum tutup buku, bukan cuma molor 2-3 bln, bablas sampai bln ke 31)
Selama 7 bln molor, harus menutup sendiri semua biaya overhead. Baru terasa nombok 20-30 jt sebulan rasanya pedih. Karyawan dikurangi, atau malah resign sendiri akibat gaji telat dibayar. Dulu berpikir lebih menguntungkan opsi ini, ternyata malah bikin macet cet ceeet. Saat cashflow sulit, kita berusaha menekan pengeluaran. Promosi dikurangi, karyawan dikurangi, dll. Malah gak ada yang jualan, makin gak rampung dan gak bisa tutup buku.
Kesimpulan :
Pelajaran dari kasus ini, apapun yang terjadi, overhead cost jangan pernah berhenti. Itu seperti diamputasi, malah tak bisa bergerak sama sekali. Tak dapat gaji, tak ada operasional, tak bisa promosi, dll. Lebih baik pertaruhkan bagian kita sebagai MPK (mitra pemilik keahlian). Silahkan dipotong 5% atau 7,5% pertahun, asal tidak nombokin bulanannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis